Langsung ke konten utama

Rangkuman Sistem Informasi Manajemen

Nama   : Steven Wu
NPM   : 48213647
Kelas   : 3DA01

RANGKUMAN BAB 9

Keamanan Informasi
Saat pemerintah dan kalangan industri mulai menyadari kebutuhan untuk mengamankan sumber daya informasi mereka,perhatian nyaris terfokus secara eksklusif pada perlindungan peranti keras dan data, maka istilah kemanan sistem (system security) pun digunakan.
Istilah keamanan informasi (information security) digunakan untuk mendeskripsikan perlindungan baik peralatan komputer maupun non komputer, fasilitas, data, dan informasi penyalahgunaan pihak-pihak yang tidak berwenang.
Tujuan Keamanan Informasi.
Kemananan informasi diajukan untuk mencapai tiga tujuan utama :
-          Kerahasiaan
-          Ketersediaan
-          Integritas

Manajemen Keamanan Informasi.
           
            Pada bentuknya yang paling dasar , manajemen keamanan informasi terdiri atas empat tahap yaitu mengidentifikasi ancaman yang dapat menyerang sumber daya informasi perusahaan, mendefinisikan risiko yang dapat disebabkan oleh ancaman-ancaman tersebut, menentukan kebijakan keamanan informasi, serta mengimplementasikan pengendalian untuk mengatasi risiko tersebut.
Istilah manajemen risiko (risk management) dibuat untuk menggambarkan pendekatan ini dimana tingkat keamanan sumber daya informasi perusahaan dibandingkan dengan risiko yang dihadapinya.
           
            Terdapat pilihan lain untuk merumuskan kebijakan keamanan informasi suatu perusahaan. Pilihan ini telah menjadi populer pada beberapa tahun belakangan ini dengan muncul standar atau tolak ukur keamanan informasi. Tolak Ukur (benchmark) adalah tingkat kinerja yang disarankan. Tolak Ukur Keamanan Informasi (information security benchmark) adalah tingkat keamanan yang disarankan yang dalam keadaan normal harus menawarkan perlindungan yang cukup terhadap gangguan yang tidak terotorisasi.



Ancaman Keamanan Informasi (information security threat) adalah orang, organisasi, mekanisme atau peristiwa yang memiliki potensi untuk membahayakan sumber daya informasi perusahaan.
Pada kenyataannya ancaman dapat bersifat internal serta eksternal dan dapat bersifat tidak disengaja maupun disengaja.

Ancaman Internal dan Eksternal
Ancaman internal mencakup bukan hanya karyawan perusahaan, tetapi juga pekerja temporer, konsultan, kontraktor, dan bahkan mitra bisnis perusahaan tersebut. Survei yang dilakukan oleh Computer Security Institute menemukan bahwa 49 persen responden menghadapi insiden keamanan yang disebabkan oleh tindakan para pengguna sah, proporsi kejahatan komputer yang dilakukan oleh karyawan diperkirakan mencapai 81 persen. Ancaman internal diperkirakan menghasilkan kerusakan yang secara potensi lebih serius jika dibandingkan dengan ancaman eksternal, dikarenakan pengetahuan ancaman internal yang lebih mendalam akan sistem tersebut.

Jenis Ancaman
Semua orang pernah mendengar mengenai virus komputer. Sebenarnya virus hanyalah salah satu contoh jenis peranti  lunak yang menyandang nama peranti lunak yang berbahaya (malicious software). Malicious software atau Malware terdiri atas program-program lengkap atau segmen-segmen kode yang dapat menyerang suatu sistem dan melakukan fungsi-fungsi yang tidak diharapkan oleh pemilik sistem. Fungsi tersebut dapat menghapus file atau menyebabkan sistem tersebut berhenti. Terdapat beberapa jenis peranti lunak yang berbahaya; selain virus, terdapat pula worm, Trojan horse, adware dan spyware.

Risiko
Risiko keamanan informasi (infromation security risk) didefinisikan sebagai potensi output yang tidak diharapkan dari pelanggaran keamanan informasi oleh ancaman  keamanan informasi. Risiko-risiko seperti itu dibagi menjadi empat jenis; pengungkapan informasi yang tidak terotoriasi dan pencurian, penggunaan yang tidak terotoriasi, penghancuran yang tidak terotorisasi dan penolakan layanan, serta modifikasi yang tidak terotorisasi.

Kebijakan Keamanan Informasi
Dengan mengabaikan bahwa apakah perusahaan mengikuti strategi manajemen risiko atau kepatuhan terhadap tolak ukur maupun tidak, suatu kebijakan keamanan harus diterapkan untuk mengarahkan keseluruhan program. Perusahaan dapat menerapkan kebijakan keamanannya dengan mengikuti pendekatan yang bertahap, terdapat lima fase implementasi kebijakan keamanan.
Fase 1 - Inisiasi Proyek.
Fase 2 - Penyusunan Kebijakan.
Fase 3 - Konsultasi dan persetujuan.
Fase 4 - Kesadaran dan edukasi.
Fase 5 - Penyebarluasan kebijakan.


Pengendalian.
Pengendalian (control) adalah mekanisme yang diterapkan baik untuk melindungi perusahaan dari risiko atau untuk meminimalkan dampak risiko tersebut pada perusahaan, jika risiko tersebut terjadi pengendalian dibagi menjadi tiga kategori : teknis, formal, dan informal.

Pengendalian Teknis.
Pengendalian teknis (technical control) adalah pengendalian yang menjadi satu didalam sistem dan dibuat oleh penyusun sistem selama masa siklus penyusunan sistem.
Melibatkan seorang auditor internal di dalam tim proyek merupakan satu cara yang amat baik untuk menjaga agar pengendalian semacam ini menjadi bagian dari desain sistem.

Pengendalian Formal.
Pengendalian Formal mencakup penentuan cara berperilaku, dokumentasi prosedur dan praktik yang diharapkan, dan pengawasan serta pencegahan perilaku yang berbeda dari panduan yang berlaku. Pengendalian ini bersifat formal karena manajemen menghabiskan banyak waktu untuk menyusunnya, mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan, dan diharapkan untuk berlaku dalam jangka panjang.

Pengendalian Informal.
Pengendalian informal mencakup program-program pelatihan dan edukasi serta program pembangunan manajemen. Pengendalian ini ditunjukan untuk menjaga agar para karyawan perusahaan memahami serta mendukung program keamanan tersebut.

Dukungan Pemerintah dan Industri.
Beberapa organisasi pemerintah dan internasional telah menentukan standar-standar yang ditujukan untuk menjadi panduan bagi organisasi yang ingin mendapatkan keamanan informasi. Beberapa standar ini berbentuk tolak ukur, yang telah diidentifikasi sebelumnya sebagai penyedia strategi alternatif untuk manajemen risiko. Beberapa pihak penentu standar menggunakan instilah baseline (dasar) dan bukannya benchmark (tolak ukur).
Organisasi tidak diwajibkan mengikuti standar ini. Namun, standar ini ditujukan untuk memberikan bantuan kepada perusahaan dalam menentukan tingkat target keamanan.
Berikut ini adalah beberapa contohnya :
·         BS7799 milik Inggris
·         BSI IT Baseline Protection Manual
·         COBIT
·         GASSP

·         ISF Standard of Good Practice.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koperasi Sehati Makmur Abadi

Pengertian Koperasi Sehati Pengertian Koperasi menurut Koperasi Sehati ada 3 hal penting yaitu KUAT , DISIPLIN Melakukan segala sesuatu menurut cara yang telah ditetapkan dengan teguh. SINERGI Membangun komunikasi efektif agar tercipta keselarasan berbagai ide untuk mencapai tujuan bersama. CERDAS, KREATIF Memanfaatkan peluang untuk menghasilkan gagasan baru dalam peningkatan efektifitas kerja. BERANI Mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang cukup serta bertanggung jawab atas segala konsekwensi yang terjadi. MULIA, INTEGRITAS Menjunjung tinggi kejujuran pribadi dalam bekerja. KOMITMEN Membulatkan hati dan tekat untuk menjaga kepercayaan yang telah diberikan. Sejarah Berdirinya Koperasi Sehati Koperasi didirikan sebelum Bank, saat itu para petani tidak memilik tempat tujuan untuk mencari bibit tanam untuk panennya (modal). Karena saat itu tidak ada perbankan, maka koperasi didirikan secara individu. Awalnya koperasi didirikan hanya untuk membantu masyarakat, tapi untuk...

Proposal Bisnis

PROPOSAL BISNIS PUDING TEMPE DAN MIX DICE TOFU (Diajukan sebagai tugas mata kuliah Kewirausahaan 2#) Disusun oleh: ALDINA PERMATA SARI        40213617 RINI ANDAYANI                       49213735 STEVEN WU                               48213647 TRI MELI HERIDAH                  48213960 YUAN SATYARINI                    49213520 Kelas : 2DA01 PROGRAM DIPLOMA III BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN AKUNTANSI KOMPUTER UNIVERSITAS GUNADARMA 2013/2014 Kata Pengantar Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH ...

KINERJA OPERASI INDONESIA

BAB 5 - 7 V ariabel Kerja Secara umum, variabel  kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan ( growth)   koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi per provinsi, jumlah koperasi per jenis / kelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan non aktif), keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset dan sisa hasil usaha.  Variabel-variabe l  tersebut pada dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat untuk dipakai melihat peranan atau pangsa ( share)  koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Demikian pula dampak dari koperasi ( cooperative effect)  terhadap peni n gkatan kesejahteraan anggota atau masyarakat belum tercermin dari variabel-variabel yang disajikan. [1] Faktor yang mempengaruhi kinerja  : Adapun faktor-faktor tersebut menurut Armstrong adalah sebagai berikut: ·             Faktor individu  (personal facto...